21 May, 2015

RESENSI Multiple Intellegences



RESENSI
Judul buku                : Multiple Intellegences
Penulis                        : Howard Gardner
Kota Terbitan            : New York
Tahun terbit              : 1993
Terbitan baru            : 2006
Penerjemah                : Yelvi Andri Zaimur
Penyunting                 : Pray
Halaman                     : 348 halaman
Kota terbit baru        : Jakarta
Tahun terbit baru     : 2013
Cetakan                      : 1

Kelebihan buku
Dalam buku karangan gardner terdapat teori yang mampu mengubah cara pandang banyak orang, terutama dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak. Perkembangan dalam dunia pendidikan termasuk yang paling lambat dari bidang lainnya. Ada dua teori dalam pendidikan yang hingga kini masih menjadi tulang punggung bagi sistem pendidikan di banyak negara. Dua teori tersebut adalah teori Behaviorisme dan Perkembangan Kognitif. Selama rentang waktu yang cukup lama, dua teori ini mewarnai dunia pendidikan, sebelum kemudian muncul sebuah teori fenomenal, Multiple Intelligences. Gardner telah menyumbangkan sesuatu yang sangat berguna bagi dunia pendidikan. Teori MI membuat banyak orang sadar untuk tidak melakukan justifikasi dan pelabelan “bodoh” pada orang-orang yang gagal mengembangkan prestasi akademiknya di sekolah formal, tetapi kemudian melejit penuh kesuksesan setelah banting stir dan mendalami bidang yang menjadi bakatnya. Intinya, mari kita ambil segala nilai positif, apapun itu, demi perkembangan dunia pendidikan. Karena seperti kata pepatah kuno, Pantha Rhei, semua mengalir. Buku ini menambah ilmu pengetahuan kita mengenai kecerdasan yang dimiliki oleh manusia dengan adanya banyak contoh-contoh serta hasil penelitian yang telah dilakukan oleh howard gardner.
Kekurangan Buku Ini
Sejak kemunculannya teori MI yang ditulis Gardner telah memancing perdebatan sengit. Para penganut teori pembiasaan (conditioning) menganggap Gardner telah berteori terlampau jauh sehingga dengan lancang membagi-bagi kecerdasan manusia sesempit itu.
Memang ketujuh kecerdasan yang digagas Gardner belum final. Mungkin suatu saat nanti, para pengikutnya akan menambahkan beberapa kecerdasan tambahan. Tetapi masalahnya bagi para pengikutnya diversifikasi semacam ini hanya akan memagari sistem pendidikan jika diterapkan dalam dunia nyata.
Sebagai contoh bagaimana dengan orang yang menyukai olahraga, masuk sekolah khusus olahraga, tetapi setelah beberapa tahun baru menyadari ternyata bakatnya adalah berhitung dan menganalisis. Penerapan secara gegabah, seperti penentuan tes bakat minat sejak anak yang bahkan belum bisa berbicara sekalipun, sungguh harus dipertimbangkan sejak matang. Bukankah semuanya dapat berubah, termasuk minat dan bakat seseorang.
Teori MI juga gagal menjelaskan sosok Leonardo Da Vinci, pelukis yang juga seorang penemu brilian. Juga sosok Jules Verne, sastrawan yang juga bisa dikatakan seorang filsuf kawakan. Ternyata ada orang-orang yang memiliki lebih dari satu kecerdasan dalam dirinya. Hal ini jelas membantah mentah-mentah teori MI.
Hal yang paling mendasar yang ditujukan pada teori MI adalah tidak adanya kejelasan, apakah ketujuh kecerdasan itu bekerja sendiri atau saling terkait? Hal ini karena sulit untuk mengukur setiap kecerdasan yang disebutkan, selain kecerdasan logical dan verbal/spatial. Belum ada tes yang mampu mencakup serangkaian instrumen untuk mengukur kecerdasan itu secara jelas.

No comments:

Post a Comment