RESENSI
Judul
buku : Multiple
Intellegences
Penulis : Howard Gardner
Kota
Terbitan : New York
Tahun
terbit :
1993
Terbitan
baru : 2006
Penerjemah : Yelvi Andri Zaimur
Penyunting : Pray
Halaman : 348 halaman
Kota
terbit baru : Jakarta
Tahun
terbit baru : 2013
Cetakan : 1
Kelebihan
buku
Dalam buku
karangan gardner terdapat teori yang mampu mengubah cara pandang banyak orang,
terutama dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak. Perkembangan dalam
dunia pendidikan termasuk yang paling lambat dari bidang lainnya. Ada dua teori
dalam pendidikan yang hingga kini masih menjadi tulang punggung bagi sistem
pendidikan di banyak negara. Dua teori tersebut adalah teori Behaviorisme dan
Perkembangan Kognitif. Selama rentang waktu yang cukup lama, dua teori ini
mewarnai dunia pendidikan, sebelum kemudian muncul sebuah teori fenomenal,
Multiple Intelligences. Gardner telah menyumbangkan sesuatu yang sangat berguna
bagi dunia pendidikan. Teori MI membuat banyak orang sadar untuk tidak
melakukan justifikasi dan pelabelan “bodoh” pada orang-orang yang gagal
mengembangkan prestasi akademiknya di sekolah formal, tetapi kemudian melejit
penuh kesuksesan setelah banting stir dan mendalami bidang yang menjadi
bakatnya. Intinya, mari kita ambil segala nilai positif, apapun itu, demi
perkembangan dunia pendidikan. Karena seperti kata pepatah kuno, Pantha Rhei,
semua mengalir. Buku ini menambah ilmu pengetahuan kita mengenai kecerdasan
yang dimiliki oleh manusia dengan adanya banyak contoh-contoh serta hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh howard gardner.
Kekurangan Buku Ini
Sejak
kemunculannya teori MI yang ditulis Gardner telah memancing perdebatan sengit.
Para penganut teori pembiasaan (conditioning) menganggap Gardner telah
berteori terlampau jauh sehingga dengan lancang membagi-bagi kecerdasan manusia
sesempit itu.
Memang
ketujuh kecerdasan yang digagas Gardner belum final. Mungkin suatu saat nanti,
para pengikutnya akan menambahkan beberapa kecerdasan tambahan. Tetapi masalahnya
bagi para pengikutnya diversifikasi semacam ini hanya akan memagari sistem
pendidikan jika diterapkan dalam dunia nyata.
Sebagai
contoh bagaimana dengan orang yang menyukai olahraga, masuk sekolah khusus
olahraga, tetapi setelah beberapa tahun baru menyadari ternyata bakatnya adalah
berhitung dan menganalisis. Penerapan secara gegabah, seperti penentuan tes
bakat minat sejak anak yang bahkan belum bisa berbicara sekalipun, sungguh
harus dipertimbangkan sejak matang. Bukankah semuanya dapat berubah, termasuk
minat dan bakat seseorang.
Teori MI juga
gagal menjelaskan sosok Leonardo Da Vinci, pelukis yang juga seorang penemu
brilian. Juga sosok Jules Verne, sastrawan yang juga bisa dikatakan seorang
filsuf kawakan. Ternyata ada orang-orang yang memiliki lebih dari satu
kecerdasan dalam dirinya. Hal ini jelas membantah mentah-mentah teori MI.
Hal yang
paling mendasar yang ditujukan pada teori MI adalah tidak adanya kejelasan,
apakah ketujuh kecerdasan itu bekerja sendiri atau saling terkait? Hal ini
karena sulit untuk mengukur setiap kecerdasan yang disebutkan, selain
kecerdasan logical dan verbal/spatial. Belum ada tes yang mampu mencakup
serangkaian instrumen untuk mengukur kecerdasan itu secara jelas.
No comments:
Post a Comment