TEORI BEHAVIORISTIK
1.1 Pengertian
Belajar Menurut Behaviorisme
Menurut
teori behaviorisme, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat
menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Misalnya, seorang guru mengajari siswanya
membaca, dalam proses pembelajaran guru dan siswa benar-benar dalam
situasi belajar yang diinginkan, walaupun pada akhirnya hasil yang dicapai
belum maksimal. Namun, jika terjadi perubahan terhadap siswa yang awalnya tidak
bisa membaca menjadi membaca tetapi masih terbata-bata, maka perubahan inilah
yang dimaksud dengan belajar. Contoh lain misalnya, anak belum dapat berhitung
perkalian. Walaupun ia sudah berusaha giat, dan gurunyapun sudah mengajarkannya
dengan tekun, namun jika anak tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan
perkalian, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan
prilaku sebagai hasil belajar.
Menurut
teori ini yang terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respons. Dalam contoh di atas,
stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa misalnya daftar
perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara tertentu, untuk membantu
belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Dalam
teori ini tingkah laku dalam belajar akan berubah apabila ada stimulus dan
respons. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada siswa, sedangkan
respons berupa tingkah laku yang terjadi pada siswa.
Menurut
teori behaviorisme, apa yang terjadi diantara stimulus dan respons dianggap
tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh karena itu, apa
saja yang diberikan guru (stimulus), dan apa saja yang dihasilkan siswa
(respons), semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal yang penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavior adalah faktor pengutan (reinforcement).
Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon bila pengutan
ditambahkan maka respon semakin kuat. Begitu juga bila pengutan dikurangi
responpun akan tetap dikuatkan. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas
oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya.
Maka penambahan tugas tersebut merupakan penguat positif (positive
reinforcement) dalam brlajar. Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan
itu justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka pengurangan tugas merupakan
penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar. Jadi penguatan
merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau dikurangi
untuk memungkinkan terjadinya respon.
1.2 Tokoh-tokoh Behaviorisme
Tokoh aliran
behaviorisme diantaranya adalah Ivan Petrovich Pavlov, Thorndike, Waston, Clark
Hull, Edwin Guthrie, dan Skiner.
a. Ivan Petrovich Pavlov
Ø Belajar adalah membentuk asosiasi antara stimulus respon secara
selektif.
Ø Proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat.
Ø Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus-respon.
Ø Menyangkal adanya kemampuan bawaan.
Ø Adanya clasical conditioning.
Woolfolk dalam Baharuddin dan
Esa Nur Wahyuni (2007), menyatakan sebagai berikut:
§ Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, misalnya menekankan kepada kerja sama, dan kompitisi antar kelompok
individu. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan
ruang baca yang nyaman dan enak serta menarik dan lain sebagainya.
§ Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya: mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan
siswa lain cara memahami materi pelajaran, membuat tahap jangka pendek untuk
mencapai tujuan jangka panjang, misalnya dengan memberikan tes harian,
mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik.
§ Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap
situasi-situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara
tepat. Misalnya, meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk
sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tiggi, bahwa tes tersebut
sama dengan tes-tes akademik lainnya yang pernah mereka lakukan.
b. Edward LeeThorndike
Edward Lee Thorndike adalah seorang pendidik dan sekaligus psikolog
berkebangsaan Amerika. Edward awalnya melakukan penelitian tentang prilaku
binatang sebelum tertarik pada psikologi manusia. Dan pertama kali mengadakan
eksperimen hubungan stimulus dan respon dengan hewan kucing melalui prosedur
yang sistematis.
c. Burrhus Frederic Skinner
Skinner merupakan seorang tokoh behavioris yang meyakini bahwa perilaku
individu dikontrol melalui proses operant conditioning dimana seseorang dapat
mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang
bijaksana dalam lingkungan yang relatif besar.
Menagement kelas menurut skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi
perilaku antara lain dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada
perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yang
tidak tepat. Operant Conditioningadalah suatu proses perilaku operant
(penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut
dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Teori belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan
pendidik, namun dari semua pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh skinner.
Menurut skinner – berdasarkan percobaanya terhadap tikus dan burung
merpati – unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah
penguatan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila
diberi penguatan ( penguatan positif dan penguatan negatif).
Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan.
Sedangkan bentuk penguatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak
senang.
Skinner tidak sependapat pada asumsi yang dikemukakan Guthrie bahwa
hukuman memegang peranan penting dalam proses pelajar. Hal tersebut dikarenakan
menurut skinner :
Ø Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara.
Ø Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi bagian
dari jiwa terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
Ø Hukuman mendorong si terhukum mencari cara lain (meskipun salah dan
buruk) agar ia terbebas dari hukuman.
Ø Hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal lain yang
kadangkala lebih buruk dari pada kesalahan pertama yang
diperbuatnya.
Skinner lebih percaya kepada apa yang
disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif tidak sama dengan hukuman.
Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus)
agar respon yang akan muncul berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan
penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama
menjadi semakin kuat. Misalnya, seseorang siswa perlu dihukum karena melakukan
kesalahan. Jika siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukumannya
harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu yang tidak mengenakkan siswa (sehingga
ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini
mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahnnya, maka inilah yang disebut
penganut negatif. Lawan dari penganut negatif adalah penguat positif (positive
reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun bedanya
adalah bahwa penguat positif itu ditambah, sedangkan penganut negatif adalah
dikurangi untuk memperkuat respon.
d. Edwin Ray Guthrie
Edwin Ray Guthrie adalah seorang penemu teori kontinguiti yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu
timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Guthrie juga
menggunakan variabel hubungan stimulus respon untuk menjelaskan terjadinya
proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah
situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan
hanya sekedar melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan
mencegah perolehan respon yang baru.
Teori guthrie ini mengatakan bahwa hubungan stimulus dan respon bersifat
sementara, oleh karenanya dalam kegiatan belajar, peserta didik perlu sesering
mungkin diberi stimulus agar hubungan stumulus dan respon bersifat lebih kuat
dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang
peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang
tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Salah asatu eksperimen Guthrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah
percobaannya terhadap kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzle. Kemudian
kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapai dengan alat yang bila
disentuh dapat membuka kotak puzle tersebut. Selain itu, kotak tersebut juga
dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing di dalam
kotak. Alat tersebut menunjukkan bahwa kucing telah belajar mengulang
gerakan-gerakan sama yang diasosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya
ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut. Dari hasil eksperimen tersebut,
muncul beberapa prinsip dalam teori kontiguitas, yaitu:
·
Agar terjadi pembiasaan, maka
organisme selalu merespon atau melakukan sesuatu.
·
Pada saat belajar melibatkan
pembiasaan terhadap gerakan-gerakan tertentu, oleh karena itu intruksi yang
diberikan harus spesifik.
·
Keterbukaan terhadap berbagai
stimulus yang ada merupakan keinginan untuk menghasilkan respon secara
umum.
·
Respon terakhir dalam belajar
harus benar ketika itu menjadi sesuatu yang akan diasosiasikan.
·
Asosiasi akan menjadi lebih
kuat karena ada pengulangan.
e. Jhon Broadus Waston
Waston adalah seorang tokoh aliran behaviorisme yang datang
setelah Thorndike. Menurutnya, belajar adalah proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respo yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku
yang dapat diamati (observabel) dan dapat diukur. Dengan kata lain,
walupun ia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang
selama proses belajar, namun ia menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang
tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental
dalam benak siswa itu penting. Namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah
seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.
Waston adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar
disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat
berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan
diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat
diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang
melakukan tindakan belajar. Para tokoh aliran behaviorisme cenderung untuk
tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati,
seperti perubahan-perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun
demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.
f. Clark Hull
Hull berpendirian bahwa tinkah laku itu berfungsi menjaga agar oranisasi
tetap bertahan hidup. Konsep sentral dalam teorinya berkisar pada kebutuhan
biologis dan pemuas kebutuhan, hal yang penting bagi kelangsungan hidup. Oleh
Hull, kebutuhan ddikonsepkan sebagai dorongan (drive) seperti lapar,
haus, tidur, hilangnya rasa nyeri, dan sebagainya. Stimulus yang disebut stimulus
dorongan dikaitkan dengan dorongan primer dan karena itu mendorong timbulnya
tigkah laku. Sebagai contoh, stimulus yang dikaitkan dengan rasa nyeri, seperti
bunyi alat pengebor gigi, dapat menimbulkan rasa takut, dan takut itu mendorong
timbulnya tingkah laku.
Teori Hull ini, memiliki beberapa prinsip, yaitu:
·
Dorongan merupakan hal yang
penting agar terjadi respon (siswa harus memiliki keinginan untuk belajar).
·
Stimulus dan respon harus
dapat diketahui oleh organisme agar pembiasaan dapat terjadi (siswa harus
mempunyai perhatian).
·
Respon harus dibuat agar
terjadi pembiasaan (siswa harus aktif).
·
Pembiasaan hanya terjadi jika
reinforcement dapat melalui kebutuhan (belajar harus dapat memenuhi keinginan
siswa).
Secara ringkas teori behaviorisme yang dikemukakan oleh para ahli di
atas dapat disempulkan bahwa:
a.
Belajar adalah perubahan
tingkah laku.
b.
Tingkah laku tersebut harus
dapat diamati.
c.
Mengikuti pentingnya masukan
atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.
d.
Fungsi mind atau fikiran
adalah untuk menciplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses
berfikir yang dapat dianalisis dan dipilah.
e.
Pembiasaan
dan latihan menjadi esensial dalam belajar.
f.
Apa yang terjadi antara
stimulus dan respon dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak dapat
diamati.
g.
Yang dapat diamati hanyalah
stimulus respon.
h.
Kegagalan atau ketidakmampuan
dalam penambahan pengetahauan dikatagorikan sebagai kegagalan yang perlu
dihukum.
i.
Aplikasi teori ini menuntut
siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam
bentuk laporan, kuis atau tes. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari
bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evalusi menekan pada hasil, dan
evaluasi menuntut jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan belajaranya.
j.
Proses belajar sangat
bergantung kepada faktor yang berada di luar dirinya, sehingga ia memerlukan
stimulus dari pengajarnya.
k.
Hasil belajar banyak
ditentukan oleh proses peniruan, pengulanagn dan pengutan (reinforcement).
l.
Belajar harus melalui
tahap-tahap tertentu, sedikit demi sedikit, yang mudah mendahului yang lebih
sulit.
C. Kelebihan
dan Kekurangan dalam Teori Pembelajaran Behaviorisme
a. Kelebihan
Dalam
teknik pembelajaran yang merujuk ke teori behaviourisme terdapat beberapa
kelebihan di antaranya :
·
Membiasakan guru untuk
bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar.
·
Metode behavioristik ini
sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan
yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan,
refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
·
Guru tidak banyak memberikan
ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan
kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan.
·
Teori ini cocok diterapkan
untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa ,
suka mengulangi dan harus dibiasakan , suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
b. kekurangan.
·
Memandang belajar sebagai
kegiatan yang dialami langsung, padahal belajar adalah kegiatan yang ada dalam
sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalu gejalanya.
·
Proses belajar dipandang
bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot, padahal
manusia mempunyai kemampuan self control yang bersifat kognitif, sehingga,
dengan kemampuan ini, manusia mampu menolak kebiasaan yang tidak sesuai dengan
dirinya.
·
Proses
belajar manusia yang dianalogikan dengan hewan sangat sulit diterima, mengingat
ada perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dan manusia.
sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_Belajar_Behavioristik
di
akses pada tanggal 10 mei 2015 jam 12:35
DR.
C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika Cipta,
Yogyakarta.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan
Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan
Mengajar. Bandung: Alfabeta.
No comments:
Post a Comment