31 May, 2015

KURIKULUM 2013


1. pengertian kurikulum 

Kurikulum 2013 (K-13) merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah percobaan.Pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan SMA Kelas X dan XI. Diharapkan, pada tahun 2015 telah diterapkan di seluruh jenjang pendidikan. 
Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, dan aspek sikap dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang ditambahkan adalah materi Matematika.
Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, menyatakan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru melaksanakan kurikulum ini selama satu semester pada tanggal 5 Desember 2014.


    2. Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a.a.  Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
 Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.

c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
1)pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama;

2)pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya);

3)pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4)pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains)

5)pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6)pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia;

7)pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik;

8)pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9)pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

 d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;

2) penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan

3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

e. Penguatan Materi
Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik.

3. 4. Karakteristik Kurikulum 2013
            Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
1.mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik;

2.sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;

3.mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

4.memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

5.kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran

6.kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti;

7.kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

4. 5. Tujuan Kurikulum 2013

            Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

 Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang diutamakan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Inkuiri (Inquiry Based Learning), model pembelajaran Discovery (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis projek (Project Based Learning), dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem Based Learning).Untuk menentukan model pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1.       Kesesuaian model pembelajaran dengan kompetensi sikap pada KI-1 dan KI-2 serta kompetensi pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan KD-3 dan/atau KD-4.
  1. Kesesuaian model pembelajaran dengan karakteristik KD-1 (jika ada) dan KD-2 yang dapat mengembangkan kompetensi sikap, dan kesesuaian materi pembelajaran dengan tuntutan KD-3 dan KD-4 untuk memgembangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
  2. Penggunaan pendekatan saintifik yang mengembangkan pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba/mengumpulkan informasi (experimenting/ collecting information), mengasosiasi/menalar (assosiating), dan mengomunikasikan (communicating).
Berikut adalah contoh kegiatan dalam model pembelajaran dikaitkan dengan pendekatan saintifik(5M).
Model inkuiri
Model pembelajaran Inkuiri biasanya lebih cocok digunakan pada pembelajaran matematika, tetapi mata pelajaran lainpun dapat menggunakan model tersebut asal sesuai dengan karakteristik KD atau materi pembelajarannya. Langkah-langkah dalam model inkuiri terdiri atas:
  1. Observasi/Mengamati berbagi fenomena alam. Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati berbagai fakta atau fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
  2. Mengajukan pertanyaan tentang fenomana yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya baik terhadap guru, teman, atau melalui sumber yang lain.
  3. Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
  4. Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat memprediksi dugaan atau yang paling tepat sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
  5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya. 

Problem Based Learning
Model pembelajaran ini bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya melalui langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
  1. Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahap ini untuk memfokuskan peserta didik mengamati masalah yang menjadi objek pembelajaran.
  2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian pembelajaran salah satu kegiatan agar peserta didik menyampaikan berbagai pertanyaan (atau menanya) terhadap malasalah kajian.
  3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang dikaji.
  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.

Model pembelajaran ini bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasi, membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut:
  1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek. Tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
  2. Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
  3. Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek. Penjadwalan sangat penting agar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
  4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek. Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
  5. Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
  6. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.

Metode dan Instrumen Penilaian dalam Kurikulum 2013
Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam bentuk formal maupun nonformal dipergunakan pada kegiatan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Penilaian Nonformal/Informal
Penilaian nonformal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, pada waktu siswa atau beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang siswa memberikan komentar terhadap jawaban guru atau siswa lainnya, dengan demikian berarti guru telah melakukan penilaian nonformal/informal terhadap performansi siswa tersebut.

Penilaian Formal
Penilaian proses formal adalah sebaliknya dari penilaian informal. Penilaian formal adalah teknik pengumpulan informasi yang didesain untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan siswa. Tidak sama dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan siswa.

21 May, 2015

RESENSI Multiple Intellegences



RESENSI
Judul buku                : Multiple Intellegences
Penulis                        : Howard Gardner
Kota Terbitan            : New York
Tahun terbit              : 1993
Terbitan baru            : 2006
Penerjemah                : Yelvi Andri Zaimur
Penyunting                 : Pray
Halaman                     : 348 halaman
Kota terbit baru        : Jakarta
Tahun terbit baru     : 2013
Cetakan                      : 1

Kelebihan buku
Dalam buku karangan gardner terdapat teori yang mampu mengubah cara pandang banyak orang, terutama dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak. Perkembangan dalam dunia pendidikan termasuk yang paling lambat dari bidang lainnya. Ada dua teori dalam pendidikan yang hingga kini masih menjadi tulang punggung bagi sistem pendidikan di banyak negara. Dua teori tersebut adalah teori Behaviorisme dan Perkembangan Kognitif. Selama rentang waktu yang cukup lama, dua teori ini mewarnai dunia pendidikan, sebelum kemudian muncul sebuah teori fenomenal, Multiple Intelligences. Gardner telah menyumbangkan sesuatu yang sangat berguna bagi dunia pendidikan. Teori MI membuat banyak orang sadar untuk tidak melakukan justifikasi dan pelabelan “bodoh” pada orang-orang yang gagal mengembangkan prestasi akademiknya di sekolah formal, tetapi kemudian melejit penuh kesuksesan setelah banting stir dan mendalami bidang yang menjadi bakatnya. Intinya, mari kita ambil segala nilai positif, apapun itu, demi perkembangan dunia pendidikan. Karena seperti kata pepatah kuno, Pantha Rhei, semua mengalir. Buku ini menambah ilmu pengetahuan kita mengenai kecerdasan yang dimiliki oleh manusia dengan adanya banyak contoh-contoh serta hasil penelitian yang telah dilakukan oleh howard gardner.
Kekurangan Buku Ini
Sejak kemunculannya teori MI yang ditulis Gardner telah memancing perdebatan sengit. Para penganut teori pembiasaan (conditioning) menganggap Gardner telah berteori terlampau jauh sehingga dengan lancang membagi-bagi kecerdasan manusia sesempit itu.
Memang ketujuh kecerdasan yang digagas Gardner belum final. Mungkin suatu saat nanti, para pengikutnya akan menambahkan beberapa kecerdasan tambahan. Tetapi masalahnya bagi para pengikutnya diversifikasi semacam ini hanya akan memagari sistem pendidikan jika diterapkan dalam dunia nyata.
Sebagai contoh bagaimana dengan orang yang menyukai olahraga, masuk sekolah khusus olahraga, tetapi setelah beberapa tahun baru menyadari ternyata bakatnya adalah berhitung dan menganalisis. Penerapan secara gegabah, seperti penentuan tes bakat minat sejak anak yang bahkan belum bisa berbicara sekalipun, sungguh harus dipertimbangkan sejak matang. Bukankah semuanya dapat berubah, termasuk minat dan bakat seseorang.
Teori MI juga gagal menjelaskan sosok Leonardo Da Vinci, pelukis yang juga seorang penemu brilian. Juga sosok Jules Verne, sastrawan yang juga bisa dikatakan seorang filsuf kawakan. Ternyata ada orang-orang yang memiliki lebih dari satu kecerdasan dalam dirinya. Hal ini jelas membantah mentah-mentah teori MI.
Hal yang paling mendasar yang ditujukan pada teori MI adalah tidak adanya kejelasan, apakah ketujuh kecerdasan itu bekerja sendiri atau saling terkait? Hal ini karena sulit untuk mengukur setiap kecerdasan yang disebutkan, selain kecerdasan logical dan verbal/spatial. Belum ada tes yang mampu mencakup serangkaian instrumen untuk mengukur kecerdasan itu secara jelas.

RINGKASAN Buku karangan dari Howard Gardner (Multiple Intelegences)



RINGKASAN
Buku karangan dari Howard Gardner ( Multiple Intelegences)
Dalam bab awal mengenai teori MI gardner menyimpulkan terdapat 3 kesimpulan:
1.      kita semua memiliki kecerdasan yang utuh dan hal tersebut yang dapat membuat kita menjadi manusia yang kognitif.
2.      tidak ada individu ataupun manusia yang kembar identik yang mempunyai profil kecerdasan yang sama karena setiap individu memiliki pengalaman yang berbeda.
3.      memiliki kecerdasan yang kuat tidak berarti bahwa seseorang bertindak cerdas.
Dari ketiga kesimpulan teori MI dapat dikatan bahwa kita memahami dan membina semua kecerdasan manusia yang beragam serta semua kombinasi kecerdasan. Kita semua sangat berbeda karena kita mempunyai kpmbinasi kecerdasan yang berbeda. Jika kita menyadari hal ini kita dapat memiliki peluang yang lebih banyak dalam menangani banyak masalah yang dihadapi . Jika kita dapat memobilisasi sprektum kemampuan manusia kita dapat merasa lebih kompeten dan mungkin juga dapat terlibat dan mampu untuk bergabung bersama lapisan masyarakat dan dapat berkontribusi pada kesejahteraan kita.
Teori tenteng multiple intelligence ini berdasarkan pakar Psikologi Harvard Howard Gardner. Gardner mengemukakan bahwa pandangan klasik percaya bahwa inteligensi merupakan kapasitas kesatuan dari penalaran logis, dimana kemampuan abstraksi sangat bernilai. Pandangan ini berdasar pada teori general (g) intelligence dari Spearman yang menganggap inteligensi sebagai kekuatan mental yang yang timbul selalma aktifitas intelektual dan dapat digambarkan dalam berbagai tingkatan. Sama dengan Thurstone dan beberapa ahli psikometri lain Gardner melihat bahwa inteligensi merupakan meliputi beberapa kemampuan mental. Namun demikian psikolog Universitas Harvard tersebut tidak terlalu terlalu peduli dengan bagaimana menjelaskan dan menuangkannya dalam skor tes psikometri yang bersifat lintas budaya.
Inteligensi menurut Gardner, merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah dalam situasi budaya atau komunitas tertentu, yang terdiri dari tujuh macam inteligensi. Meskipun demikian Gardner menyatakan bahwa jumlah tersebut bisa lebih atau kurang, tapi jelas bukan hanya satu kapasitas metal. Pertanyaan tentang kenapa individu memilih berada dalan peran-peran yang berbeda (ahli fisika,petani, penari), memerlukan kerja berbagai kecerdasan sebagai suatu kombinasi, dalam penjelasannya.
“Kecerdasan menurut nya, merupakan kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu seseorang. Kecerdasan bergantung pada konteks, tugas serta tuntutan yang diajukan oleh kehidupan kita, dan bukan tergantung pada nila IQ, gelar perguruan tinggi atau reputasi bergengsi”.
Kita bisa mencontohkan apakah Einstein akan sukses seperti itu bila dia masuk di Jurusan Biologi atau belajar main bola dan Musik…jelas masalah fisika-teoritis Einstein, Max Planc, Stephen Howking, Newton adalah jenius-jenius, tetapi bab olah-raga maka Zidane, Jordane, Maradona adalah jenius-jenius dilapangan, juga Mozart, Bach adalah jenius-jenius dimusik. Thoman A. Edison adalah jenius lain, demikian juga dengan para sutradara film, bagaimana mereka mampu membayangkan harus disyuting bagian ini, kemudian setelah itu, adegan ini, ini yang mesti keluar dengan pakaian jenis ini, latar suara ini, dan bahkan dialog seperti itu, ini adalah jenius-jenius bentuk lain. Disinilah Howard Gardner mengeluarkan teori baru dalam buku Frame of Mind, tentang Multiple Intelligences (Kecerdasan Majemuk), dimana dia mengatakan bahwa era baru sudah merubah dari Test IQ yang melulu hanya test tulis (dimana didominasi oleh kemampuan Matematika dan Bahasa), menjadi Multiple Intelligences.
Teori Gardner berdasar pada sintesa berbagai macam bukti dari sumber-sumber yang berbeda :
1.      Studi terhadap orang normal yang mengalami kerusakan otak karena trauma atau stroke, yang mendukung pendapat tentang inteligensi terpisah yang mengatur pemikiran spasial dan bahasa.
2.      Dukungan profil intelektual dari populasi-populasi khusus, seperti prodigies dan idiot savants, yang mengindikasikan bahwa inteligensi merupakan kemampuan-kemampuan yang terpisah.
3.      Bukti dari mekanisme pemprosesan informasi.
4.      Dukungan dari psikologi eksperimental dan psikologi kognitif
5.      Penemuan-penemuan psikometris.
6.      Arah perkembangan karakteristik dari manifestasi umum dan mendasar, menuju kondisi akhir berupa keahlian yang memungkinkan.
7.      Penemuan dalam bidang biologi evolusioner.
8.      Dukungan dari konsep-konsep yang ada pada sistem simbol.
Gardner menekankan dalam jenis inteligensinya bahwa inteligensi hanya merupakan konstrak ilmiah yang secara potensial berguna. Jenis-jenis inteligensi Gardner :
A.    Kecerdasan spasial
Merupakan kecerdasan seseorang yang berdasar pada kemampuan menangkap informasi visual atau spasial, mentransformasidan meodifikasinya, dan membentuk kembali gambaran visual tanpa stimulus fisik yang asli. Kecerdasan ini tidak tergantung sensasi visual. Kemampuan pokoknya adalah kemampuan untuk membentuk gambaran tiga dimensi dan untuk menggerakkan atau memutar gambaran tersebut. Individu yang dominan memiliki kecerdasan tersebut cenderung berpikir dalam pola-pola yang berbentuk gambar. Mereka sangat menyukai bentuk-bentuk peta, bagan, gambar, video ataupun film sebagai media yang efektif dalam berbagai kegiatan hidup sehari-hari.
B.      Kecerdasan bahasa.
Merupakan kecerdasan individu dengan dasar penggunaan kata-kata dan atau bahasa. Meliputi mekanisme yang berkaitan dengan fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik. Mereka yang memiliki kecerdasan tersebut, mempunyai kecakapan tinggi dalam merespon dan belajar dengan suara dan makna dari bahasa yang digunakan. Pada umumnya merupakan ahli yang berbicara di depan public. Mereka lebih bisa berpikir dalam bentuk kata-kata daripada gambar. Kecerdasan ini merupakan aset berharga bagi jurnalis, pengacara, pencipta iklan.
C.     Kecerdasan logis matematis.
Kecerdasan tersebut mendasarkan diri pada kemampuan penggunaan penalaran, logika dan angka-angka matematis. Pola pikir yang berkembang melalui kecerdasan ini adalah kemampuan konseptual dalam kerangka logika dan angka yang digunakan untuk membuat hubungan antara berbagai informasi, secara bermakna. Kecerdasan ini diperlukan oleh ahli matematika, pemrogram komputer, analis keuangan, akuntan, insinyur danilmuwan.
D.    Kecerdasan jasmani kinestetik.
Kemampuan untuk mengendalikan gerakan tubuh dan memainkan benda-benda secara canggih, merupakan bentuk nyata dari kecerdasan tersebut. Individu akan cenderung mengekspresikan diri melalui gerak-gerakan tubuh, memiliki keseimbangan yang baik dan mampu melakukan berbagai maneuver fisik dengan cerdik. Melaui gerakan tubuh pula individu dapat berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya, mengingat dan memproses setiap informasi yang diterimanya. Kecerdasan ini dapat terlihat pada koreografer, penari, pemanjat tebing.
E.     Kecerdasan musikal.
Memungkinkan individu menciptakan, mengkomunikasikan dan memahami makna yang dihasilkan oleh suara.. Komponen inti dalam pemprosesan informasi meliputi pitch, ritme dan timbre. Terlihat pada komposer, konduktor, teknisi audio, mereka yang kompeten pada musik instrumentalia dan akustik.
F.      Kecerdasan interpersonal.
Merupakan kecerdasan dalam berhubungan dan memahami orang lain di luar dirinya. Kecerdasan tersebut menuntun individu untuk melihat berbagai fenomena dari sudut pandang orang lain, agar dapat memahami bagaimana mereka melihat dan merasakan. Sehingga terbentuk kemampuan yang bagus dalam mengorganisasikan orang, menjalin kerjasama dengan orang lain ataupun menjaga kesatuan suatu kelompok. Kemampuan tersebut ditunjang dengan bahasa verbal dan non-verbal untuk membuka saluran komunikasi dengan orang lain.
G.    Kecerdasan intrapersonal.
Tergantung pada proses dasar yang memungkinkan individu untuk mengklasifikasikan dengan tepat perasaan-perasaan mereka, misalnya membedakan sakit dan senang dan bertingkah laku tepat sesuai pembedaan tersebut. Kecerdasan ini memungkinkan individu untuk membangun model mental mereka yang akurat, dan menggambarkan beberapa model untuk membuat keputusan yang baik dalam hidup mereka.
CIRI CIRI KECERDASAN MENURUT GARDNER
1. Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain
(a) suka menulis kreatif,
(b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon,
(c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil,
(d) membaca di waktu senggang,
(e) mengeja kata dengan tepat dan mudah,
(f) suka mengisi teka-teki silang,
(f) menikmati dengan cara mendengarkan,
(g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).

2. Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain:
(a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala,
(b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis
 (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb,
(d) mampu menjelaskan masalah secara logis,
(d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu,
(e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki

3. Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain:
(a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu,
(b) mudah membaca peta atau diagram,
(c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya,
(d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya,
(e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya,
(f) suka melamun dan berfantasi,
(g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah,
(h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian,
(i) menonjol dalam mata pelajaran seni.

4. Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri:
(a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu,
(b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard,
(c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya,
(d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya,
(e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan
(f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain,
(g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya,
(h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi,
(i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.

5. Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain:
(a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah,
(b) mudah mengingat melodi suatu lagu,
(c) lebih bisa belajar dengan iringan musik,
(d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain,
(e) mudah mengikuti irama musik,
(f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi,
(g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
                                                                  
6. Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara lain:
(a) mempunyai banyak teman,
(b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya,
(c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah,
(d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya,
(e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain,
(f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain,
(g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
                             
7. Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara lain:
(a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat,
(b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri,
(c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi,
(d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu,
(e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan,
(f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.

8. Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara lain:
(a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan,
(b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka,
(c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang,
(d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam,
(e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya,
(f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
. Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan

Kesimpulan.
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Tingkat kecerdasan (Intelegensi) ditentukan oleh bakat bawaan berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya. Secara umum intelegensi dapat dirumuskan sebagai berikut :.
1.      Kemampuanuntuk berpikir abstrak.
2.      Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3.      Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.
Ciri-ciri keberbakatan seseorang adalah, kemampuan di atas rata-rata, kreativitas, pengikatan diri. Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Bakat-bakat tersebut baik sebagai potensi maupun yang sudah terwujud meliputi :kemampuan intelektual umum, kemampuan berpikir kreatif-produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, kemampuan psikomotor, kemampuan psikososial. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakan kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Peran orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam menentukan perkembangan kecerdasan seorang anak.