PERMASALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
MAKALAH
diajukan guna memenuhi tugas akhir semester untuk
mata kuliah belajar dan pembelajaran
Dosen pengajar Dr. Suranto M.Pd.
Oleh
Anita Fitriawati
NIM 140210302073
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
yang berjudul “Permasalah Belajar Dan Pembelajaran Pada Program Study
Pendidikan Sejarah Universitas Jember”
Makalah ini berisikan tentang
informasi tentang “permasalahan yang ada pada program study pendidikan sejarah
di universita jember”.Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua tentang permasalahan serta solusi dari permasalahn yang ada. Dalam
penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan keterlibatan dari
berbagi pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan pemikiran. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala urusaha kita.Amin.
Jember,10
Juni 2015
penulis.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...............................................................................,,,.
i
DAFTAR
ISI.................................................................................................
ii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
Latar
Belakang.................................................................................
1
Rumusan
Masalah............................................................................
1
Tujuan................................................................................................
2
Manfaat..............................................................................................
3
BAB 2. PEMBAHASAN...............................................................................
4
Solusi
masalah...................................................................................
5
Model
pembelajaran.........................................................................
6
Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL.................................
7
Peran Pendidik dan Peserta Didik dalam CTL......................................... 8
Asas-Asas CTL.............................................................................................
10
Kelemahan
dan Kelebihan CTL................................................................. 12
BAB
3. KESIMPULAN...............................................................................
14
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................
16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan
teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan
berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan yang
memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari
negara maju, sehingga Indonesia sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan
diri dengan negara-negara yang sudah maju tersebut.
Pendidikan
merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk
menghadapi setiap perubahan yang terjadi, menuju arah yang lebih baik.
Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik
atau murid (Syaiful Sagala, 2006 : 61).
Dalam
pembelajaran sejarah banyak sekali ditemui kendala-kendala. Dalam proses
pembelajaran peserta didik terkadang merasa bahwa materi sejarah ini
membosankan dan terlalu bayak bacaan yang menurunkan minat membaca peserta
didik. Untu meningkatkan pendidikan terutama dalam mata pelajaran sejarah di
perlukan adanya metode yang tepat untuk menarik minat peserta didik serta
meningkatkan kecerdasan intelektual dari peserta didik. Di pendidikan sejarah
Universitas Jember banyak ditemukan bahwa pembelajaran yang di rasa kurang
tepat dilakukan agar mahasiswa mampu menguasai materi tetapi dalam kenyataannya
tidak mahasiswa merasa keberatan dengan beban yang diberikan oleh dosen
tertentu tentang tugas-tugas kuliah.
1.2
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas
maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Menganalisis permasalahan pembelajaran di Pendidikan
Sejarah Universitas Jember?
2. Mencari solusi yang tepat untuk memperbaiki pembelajaran
yang ada di pendidikan sejarah .
3. Menentukan metode yang harus di gunakan dalam
pembelajaran sejarah?
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan Rumusan masalah yang ada maka tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah:
1.
Untuk memenuhi
tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran dari Dr. Suranto MPd.
2.
Untuk Memaparkan
permasalah apa saja yang ada pada pendidikan sejarah.
3.
Menemukan solusi
dari permasalah yang ada pada pendidikan sejarah.
4.
Menentukan metode
yang tepat dan dapat digunakan dalam pembelajaran di pendidikan sejarah.
1.4 Manfaat Makalah
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan
makalah ini maka dapat diperoleh berbagai manfaat sebagai berikut:
1. Telah memenuhi tugas akhir semester dalam mata kuliah
belajar dan pembelajaran.
2. Mengetahui permasalah permasalah yang ada didalam
pendidikan sejarah di universitas jember.
3. Mengetahui solusi tentang permasalah yang terjadi di
pendidikan sejarah.
4. Menambah wawasan kita tentang pembelajaran sejarah yang
telah berlansung selam bertahun-tahun di pendidikan sejarah universitas jember.
5. Mengetahui metode yang selayaknya di berlakukan dalam
pembelajaran di pendidikan sejarah universitas jember.
6. Memperbaiki cara belajar peserta didik yang selama ini
dirasa kurang efisien dilakukan.
7. Para dosen dapat mengetahui pembelajaran yang tidak
menarik minat peserta didik.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Permasalah Pembelajaran Pendidikan Sejarah
Berdasarkan dari hasil pengamatan
yang saya selama menjadi mahasiswa pendidikan sejarah di lingkungan kampus
Universitas Jember. Sebagian dosen
mengajar mata kuliah sejarah dapat dinyatakan bahwa kondisi pembelajaran
sejarah saat ini adalah sebagai beikut (1) Pembelajaran berpusat pada
penguasaan konsep atau hafalan. (2) Pembelajaran yang berlangsung cenderung menbosankan
karena terkadang terdapat dosen yang dalam mengajar hanya membaca saja sehingga
tidak sedikit mahasiswa yang acuh tak acuh terhadap dosen yang sedang mengajar.(3)
Pembelajaran terkadang terlalu ke arah yang jauh sehingga mahasiswa kurang
memahami apa yang disampaikan oleh dosen. (4) Materi kuliah yang disajikan
kurang menarik minat dari mahasiswa untuk semangat dan aktif dalam kelas.(5)
Jumlah dosen sudah berkurang dan mengharuskan mahasiswa melakukan perkuliahan
dengan tanpa adanya dosen yang mengawasi sehingga sebagian mahasiswa tidak
memperhatikan apa yang di samapaikan oleh mahasiswa lain di depan kelas.(6) Beban
tugas setiap minggu yang terlalu padat membuat mahasiswa putus semangat dalam
pengerjaan tugastugas yang telah di bebankan. Oleh karena itu perlunya
perubahan baik dari mahasiswa sendiri yang memperbaiki cara belajar mereka dan
meningkatakan mutu intelektual mereka. Sealain itu dosen sebaiknya juga
memperhatikan srategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas
sehingga mahasiswa tidak tegang atau tidak bermalas malas dengan kata lain
tidak memperhatikan dosen. Terdapatnya mata kuliah yang belum saatnya di tempuh
sehingga sebagian mahasiswa kurang memahami tentang meteri kuliah yang
disampaikan.
Peranan pendidikan di Indonesia
menjadi prioritas utama, secara jelas di dalam UUD 1945 pada pasal 31 ayat 2
menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan penyelenggarakan satu sistem
pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang sejarah, sejalan dengan
hal tersebut GBHN 1988 dinyatakan peranan pendidikan nasional yang kaitannya
dengan sejarah yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin,
bekerja keras. Selain itu yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pendidikan
nasional harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air
(nasionalisme) dan mempertebal semangat kebangsaan (patriotisme).
Perlu diuraikan kendala-kendala
dalam pembelajaran sejarah di pendidikan sejarah Universitas Jember yaitu; (1) Materi
masa lampau yang sangat luas meliputi seluruh aspek kehidupan penting manusia
di dunia .(2) Media pembelajaran yang kurang tepat.(3) metode pembelajaran
cenderung didominasi oleh tugas tugas yang padat (4) ketidak seimbangan antara
materi yang disampaikan dengan ketentuan yang ada (6) Mahasiswa kurang berminat
membaca buku-buku sejarah (7) Kurang memadainya sumber-sumber tertulis maupun
tidak tertulis (8) Banyak peralatan pembelajaran yang rusak dan terkadang tidak
dapat berfungsi denagn baik.(9) Jurusan Sejarah adalah jurusan ilmu sosial yang
selalu dipandang sebelah mata sebagai mata kuliah yang tidak menarik serta
tidak banyak peminatnya di bandingkan dengan jurusan-jurusan yang lain.
2.2 Solusi
Permasalahan
Dari fenomena tersebut saya
merasakan perlunya di lakukan pembenahan dalam pembelajaran sejarah di Lingkungan
Universitas Jember terutama di Program Pendidikan Sejarah karena tujuan
pembelajaran sejarah masih belum dapat tercapai secara optimal. Ini karena
metode pengajarannya kurang variatif dan menarik. Untuk mengatasi
persoalan itu semua dosen sejarah sudah seharusnya mengubah metode dan
teknik penyajian bervariatif yang menumbuhkan minat dan kreatifitas berfikir Mahasiswa
yaitu dengan pembelajaran sejarah dengan pendekatan CTL
2.3 Model Pembelajaran CTL
Contextual teaching and Learning
(CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara
penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan nyata.
Penelitian
mengenai pengajaran kontekstual kali pertama digulirkan John Dewey (1916).
Ketika itu Dewey menyimpulkan bahwa peserta didik akan belajar dengan
baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan
terjadi disekelilingnya.
Dalam
pembelajaran kontekstual, tugas pendidik adalah membantu peserta didik mencapai
tujuannya. Maksudnya, pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada
memberi informasi. Tugas pendidik mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.
Sesuatu yang baru itu didapat dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata
pendidik.
Ada tiga hal yang harus dipahami
dalam pembelajaran CTL. Pertama, CTL
menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi. Kedua,
CTL mendorong peserta didik agar
dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata. Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan.
Terdapat lima karakteristik penting
dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL:
1. Pembelajaran merupakan proses
pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).
- Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
- Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge).
- Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge).
2.4 Latar Belakang Filosofi dan
Psikologis CTL
1. Latar belakang filosofis
CTL banyak
dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin
dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak
kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan
“skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu
dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin
sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.
Pendapat
Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran,
diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual,
pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh peserta
didik.
2. Latar belakang Psikologis
Dipandang
dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut
aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon.
Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,
motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada beberapa
yang perlu dipahami tentang pembelajaran dalam konteks CTL :
a. Belajar bukanlah menghafal, akan
tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka
miliki.
b. Belajar bukan sekedar mengumpulkan
fakta yang lepas-lepas.
c. Belajar adalah proses pemecahan
masalah.
d. Belajar adalah proses pengalaman
sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks.
e. Belajar pada hakikatnya adalah
menangkap pengetahuan dari kenyataan.
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional
NO
|
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
|
|
CTL
|
Pembelajaran Konvensional
|
|
1
|
Peserta didik sebagai subjek belajar
|
Peserta didik sebagai objek belajar
|
2.
|
Peserta didik belajar melalui kegiatan kelompok
|
Peserta didik lebih banyak belajar secara individu
|
3.
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
|
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
|
4
|
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
|
Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
|
5
|
Tujuan akhir kepuasan diri
|
Tujuan akhir nilai atau angka
|
6
|
Perilaku dibangun atas kesadaran
|
Perilaku dibangun oleh faktor dari luar
|
7
|
Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya
|
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute dan final,
tidak mungkin berkembang.
|
8
|
Peserta didik bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan
pembelajaran
|
Pendidik penentu jalannya proses pembelajaran
|
9
|
Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
|
Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
|
10
|
Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai
cara
|
Keberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes
|
2.5
Peran Pendidik dan Peserta
Didik dalam CTL
Setiap peserta didik mempunyai gaya
yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki peserta didik tersebut
dinamakan sebagai unsur modalitas
belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar peserta didik, yaitu
tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual adalah gaya belajar
dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara
menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan
cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap pendidik manakala menggunakan
pendekatan CTL :
- Peserta didik harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
- Setiap peserta didik memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan.
- Belajar bagi peserta didik adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui.
- Belajar bagi peserta didik adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
2.6
Asas-Asas CTL
CTL sebagi suatu pendekatan
pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme,pengalaman
itu memang berasal dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri
seseorang. Oleh sebab itu, pengalaman terbentuk oleh dua faktor penting yaitu
obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasikan
obyek tersebut.
2. Inkuiri
Inkuiri
adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa
langkah:
a. Merumuskan masalah.
b. Mengajukan hipotesis.
c. Mengumpulkan data.
d. Menguji hipnotis berdasarkan data
yang ditemukan.
e.
Membuat
kesimpulan.
3. Tanya
Jawab
Belajar
pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Pertanyaan
pendidik digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir peserta didik, sedangkan
pertanyaan peserta didik merupakan wujud keingintahuan.
Dalam
suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk :
a. Menggali informasi dan kemampuan
peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran.
b. Membangkitkan motvasi peserta didik
untuk belajar.
c. Merangsang keingintahuan peserta
didik terhadap sesuatu.
d. Memfokuskan peserta didik pada suatu
yang diinginkan.
e.
Membimbing peserta didik untuk menemukan atau menyimpulkan
sesuatu.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep
Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL,
asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok
belajar.
5. Pemodelan
(Modeling)
Yang
dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya pendidik
memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing dan lain
sebagainya.
6.
Refleksi (Reflection)
Yaitu melihat kembali atau
merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk
mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar
dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.
7. Penilaian
Nyata (Authentic Assessment)
Prosedur
penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa
secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya
membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya
informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi
lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan
yang diperoleh siswa.
2.7
Kelemahan dan Kelebihan CTL
Dalam metode CTL terdapat kelemahan dan kelebihan ,
yaitu :
1. Kelebihan CTL (Contextual Teaching and
Learning).
Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi peserta didik materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah dilupakan.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta
didik karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang peserta didik dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme peserta didik diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
2. Kelemahan CTL (Contextual Teaching and
Learning)
Pendidik lebih intensif dalam
membimbing karena dalam metode CTL pendidik tidak lagi berperan sebagai pusat
informasi. Tugas pendidik adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi peserta
didik. Peserta didik dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan
pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan pendidik adalah
pembimbing peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Pendidik memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan
mengajak peserta didik agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan
strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini
tentunya pendidik harus memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap
peserta didik agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah diterapkan
sebelumnya.
2.8 Langkah- Langkah Pembelajaran CTL
Untuk mencapai tujuan kompetensi, pendidik
menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1.
Pendidik menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan
pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari
2.
Pendidik menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
3.
Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai
dengan jumlah peserta didik (tiap kelompok diberikan tugas yang sama).
4.
Peserta didik berdiskusi dengan kelompok masing-masing.
5.
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
6.
Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh kelompok lain.
7.
Dengan bantuan pendidik, peserta didik menyimpulkan hasil
diskusi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
8.
Penilaian.
BAB 3.
KESIMPULAN
Metode
pembelajaran yang dilakukan di program studi pendidikan sejarah sebaiknya
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan
model PASA merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu mahasiswa
untuk memahami makna materi ajar dengan menggunakan media gambar yang berkaitan
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis
dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut
pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong mahasiswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) dengan model PASA diperlukan
sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan mahasiswa dengan harapan mahasiswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta.
Disamping itu mahasiswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat
pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan
tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh mahasiswa.
Dengan
rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan
zaman.,anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan,
kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu
makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Mahasiswa sebagai pembelajar;
tugas dosen mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan
lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar.
Pentingnya lingkungan belajar; mahasiswa bekerja dan belajar secara di panggung
dosen mengarahkan dari dekat. Komponen pembelajaran yang efektif
meliputi:Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut mahasiswa untuk menyusun dan
membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Ausubel, D.
(1963). The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York: Grune
& Stratton.
Berns ,
Robert G. and Patricia M. Erickson oleh. (2001). Contextual teaching and
learning: Preparing Students for the New Economy . Dalam Forum Vol. 5, No.
5. (Online).Tersedia: http://www.nccte.com www.nccte.com
Clifford,
Matthew& Marica Wilson. (2000). Contextual Teaching,Professional
Learning, And Student Experiences:Lessons Learned From Implementation. Dalam
Forum Vol. 1, No. 2. (Online). Tersedia: www.cew.wisc.edu/teachnet
Chaedar, A.
(2007), Terjemahan Contextual Teaching and Learning (CTL) Menjadikan
Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (Elaine B. Johnson).
Bandung: Mizan Learning Center (MLC).
Depdiknas,
Dirjen Dikdasmen, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
–CTL, (2003) . Jakarta: Direktotar Pendidikan Menengah Umum
Djamarah, S.
B. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Glynn ,
Shawn M. and Anna K. Scott. (2003). Implementing Contextual Learning: Case
Study of Sarah, a Middle School Science. Dalam Forum Vol. 3, No. 5.
(Online).Tersedia:http://open.com/ebook/questioningskillincontextualteachinglearning-.html (March 30)
Hamalik,
Umar (2006), Bahan Kajian Inovasi Pendidikan, Bandung, UPI
Hamalik,
Umar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Masnur,
Muslich (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan KOntekstual.
Jakarta: Bumi Aksara.
Muchith,
Saekhan. (2008). Pembelajaran KOntekstual. Semarang: Rasail Media
Grup.
Noor, Idris
HM. (2001) Inovasi Pendidikan di Indonesia. [Online] Tersedia: (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026/sebuah_tinjauan_teoritis_Idris.htm) [22
April 2008]
Nurhadi.
(2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Jakarta: Depdiknas. Dirjen Dikdasmen. Direktorat PLP.
………..,
(2004). Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning / CTL )
dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).
Riyanto,
Yatim. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta:Kencana
Prenada Media Grup.
Sanjaya, W.
(2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media
Sagala. S. (2006) Konsep dan
Makna Pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta.
