11 June, 2015

PERMASALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN



PERMASALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 


MAKALAH


diajukan guna memenuhi tugas akhir semester untuk mata kuliah belajar dan pembelajaran
Dosen pengajar Dr. Suranto M.Pd.


Oleh

Anita Fitriawati
NIM 140210302073












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015




KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta  karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Permasalah Belajar Dan Pembelajaran Pada Program Study Pendidikan Sejarah Universitas Jember”
            Makalah ini berisikan tentang informasi tentang “permasalahan yang ada pada program study pendidikan sejarah di universita jember”.Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang permasalahan serta solusi dari permasalahn yang ada. Dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan dan keterlibatan dari berbagi pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
            Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala urusaha kita.Amin.

Jember,10 Juni 2015

penulis.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................,,,. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 1
            Latar Belakang................................................................................. 1
            Rumusan Masalah............................................................................ 1
            Tujuan................................................................................................ 2
            Manfaat.............................................................................................. 3
BAB 2. PEMBAHASAN............................................................................... 4
            Solusi masalah................................................................................... 5
            Model pembelajaran......................................................................... 6
Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL................................. 7
Peran Pendidik dan Peserta Didik dalam CTL......................................... 8
Asas-Asas CTL............................................................................................. 10
Kelemahan dan Kelebihan CTL................................................................. 12
BAB 3. KESIMPULAN............................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16



BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang sangat pesat sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan. Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari negara maju, sehingga Indonesia sebagai negara berkembang perlu mensejajarkan diri dengan negara-negara yang sudah maju tersebut.
Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang terjadi, menuju arah yang lebih baik. Pembelajaran adalah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid (Syaiful Sagala, 2006 : 61).
Dalam pembelajaran sejarah banyak sekali ditemui kendala-kendala. Dalam proses pembelajaran peserta didik terkadang merasa bahwa materi sejarah ini membosankan dan terlalu bayak bacaan yang menurunkan minat membaca peserta didik. Untu meningkatkan pendidikan terutama dalam mata pelajaran sejarah di perlukan adanya metode yang tepat untuk menarik minat peserta didik serta meningkatkan kecerdasan intelektual dari peserta didik. Di pendidikan sejarah Universitas Jember banyak ditemukan bahwa pembelajaran yang di rasa kurang tepat dilakukan agar mahasiswa mampu menguasai materi tetapi dalam kenyataannya tidak mahasiswa merasa keberatan dengan beban yang diberikan oleh dosen tertentu tentang tugas-tugas kuliah.


1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.      Menganalisis permasalahan pembelajaran di Pendidikan Sejarah Universitas Jember?
2.      Mencari solusi yang tepat untuk memperbaiki pembelajaran yang ada di pendidikan sejarah .
3.      Menentukan metode yang harus di gunakan dalam pembelajaran sejarah?


1.3  Tujuan Makalah

Berdasarkan Rumusan masalah yang ada maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran dari Dr. Suranto MPd.
2.      Untuk Memaparkan permasalah apa saja yang ada pada pendidikan sejarah.
3.      Menemukan solusi dari permasalah yang ada pada pendidikan sejarah.
4.      Menentukan metode yang tepat dan dapat digunakan dalam pembelajaran di pendidikan sejarah.
1.4  Manfaat Makalah
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini maka dapat diperoleh berbagai manfaat sebagai berikut:
1.      Telah memenuhi tugas akhir semester dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran.
2.      Mengetahui permasalah permasalah yang ada didalam pendidikan sejarah di universitas jember.
3.      Mengetahui solusi tentang permasalah yang terjadi di pendidikan sejarah.
4.      Menambah wawasan kita tentang pembelajaran sejarah yang telah berlansung selam bertahun-tahun di pendidikan sejarah universitas jember.
5.      Mengetahui metode yang selayaknya di berlakukan dalam pembelajaran di pendidikan sejarah universitas jember.
6.      Memperbaiki cara belajar peserta didik yang selama ini dirasa kurang efisien dilakukan.
7.      Para dosen dapat mengetahui pembelajaran yang tidak menarik minat peserta didik.



BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Permasalah Pembelajaran Pendidikan Sejarah


            Berdasarkan dari hasil pengamatan yang saya selama menjadi mahasiswa pendidikan sejarah di lingkungan kampus Universitas Jember.  Sebagian dosen mengajar mata kuliah sejarah dapat dinyatakan bahwa kondisi pembelajaran sejarah saat ini adalah sebagai beikut (1) Pembelajaran berpusat pada penguasaan konsep atau hafalan. (2) Pembelajaran yang berlangsung cenderung menbosankan karena terkadang terdapat dosen yang dalam mengajar hanya membaca saja sehingga tidak sedikit mahasiswa yang acuh tak acuh terhadap dosen yang sedang mengajar.(3) Pembelajaran terkadang terlalu ke arah yang jauh sehingga mahasiswa kurang memahami apa yang disampaikan oleh dosen. (4) Materi kuliah yang disajikan kurang menarik minat dari mahasiswa untuk semangat dan aktif dalam kelas.(5) Jumlah dosen sudah berkurang dan mengharuskan mahasiswa melakukan perkuliahan dengan tanpa adanya dosen yang mengawasi sehingga sebagian mahasiswa tidak memperhatikan apa yang di samapaikan oleh mahasiswa lain di depan kelas.(6) Beban tugas setiap minggu yang terlalu padat membuat mahasiswa putus semangat dalam pengerjaan tugastugas yang telah di bebankan. Oleh karena itu perlunya perubahan baik dari mahasiswa sendiri yang memperbaiki cara belajar mereka dan meningkatakan mutu intelektual mereka. Sealain itu dosen sebaiknya juga memperhatikan srategi yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga mahasiswa tidak tegang atau tidak bermalas malas dengan kata lain tidak memperhatikan dosen. Terdapatnya mata kuliah yang belum saatnya di tempuh sehingga sebagian mahasiswa kurang memahami tentang meteri kuliah yang disampaikan.

Peranan pendidikan di Indonesia menjadi prioritas utama, secara jelas di dalam UUD 1945 pada pasal 31 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan penyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang sejarah, sejalan dengan hal tersebut GBHN 1988 dinyatakan peranan pendidikan nasional yang kaitannya dengan sejarah yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras. Selain itu yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pendidikan nasional harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air (nasionalisme) dan mempertebal semangat kebangsaan (patriotisme).
Perlu diuraikan kendala-kendala dalam pembelajaran sejarah di pendidikan sejarah Universitas Jember yaitu; (1) Materi masa lampau yang sangat luas meliputi seluruh aspek kehidupan penting manusia di dunia .(2) Media pembelajaran yang kurang tepat.(3) metode pembelajaran cenderung didominasi oleh tugas tugas yang padat (4) ketidak seimbangan antara materi yang disampaikan dengan ketentuan yang ada (6) Mahasiswa kurang berminat membaca buku-buku sejarah (7) Kurang memadainya sumber-sumber tertulis maupun tidak tertulis (8) Banyak peralatan pembelajaran yang rusak dan terkadang tidak dapat berfungsi denagn baik.(9) Jurusan Sejarah adalah jurusan ilmu sosial yang selalu dipandang sebelah mata sebagai mata kuliah yang tidak menarik serta tidak banyak peminatnya di bandingkan dengan jurusan-jurusan yang lain.
2.2 Solusi Permasalahan
Dari fenomena tersebut saya merasakan perlunya di lakukan pembenahan dalam pembelajaran sejarah di Lingkungan Universitas Jember terutama di Program Pendidikan Sejarah karena tujuan pembelajaran sejarah masih belum dapat tercapai secara optimal. Ini karena metode pengajarannya kurang variatif dan menarik. Untuk mengatasi persoalan  itu semua dosen sejarah sudah seharusnya mengubah metode dan teknik penyajian bervariatif yang menumbuhkan minat dan kreatifitas berfikir Mahasiswa yaitu dengan pembelajaran sejarah dengan pendekatan CTL


2.3  Model Pembelajaran CTL

Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Penelitian mengenai pengajaran kontekstual kali pertama digulirkan John Dewey (1916). Ketika itu Dewey menyimpulkan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan terjadi disekelilingnya.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas pendidik adalah membantu peserta didik mencapai tujuannya. Maksudnya, pendidik lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas pendidik mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik. Sesuatu yang baru itu didapat dari menemukan sendiri, bukan dari apa kata pendidik.
Ada tiga hal yang harus dipahami dalam pembelajaran CTL. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi.  Kedua, CTL mendorong peserta didik  agar dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.  Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL:
1.      Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).
  1. Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).
  2. Pemahaman pengetahuan  (understanding knowledge).
  3. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).
  4. Melakukan refleksi  (reflecting knowledge).
2.4  Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL
1.       Latar belakang filosofis
CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi.
Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual. Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh peserta didik.


2.       Latar belakang Psikologis

Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada beberapa yang perlu dipahami tentang pembelajaran dalam konteks CTL :
a.       Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki.
b.      Belajar bukan sekedar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas.
c.       Belajar adalah proses pemecahan masalah.
d.      Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks.
e.       Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

NO
Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
CTL
Pembelajaran Konvensional
1
Peserta didik sebagai subjek belajar
Peserta didik sebagai objek belajar
2.
Peserta didik belajar melalui kegiatan kelompok
Peserta didik lebih banyak belajar secara individu
3.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
4
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
5
Tujuan akhir kepuasan diri
Tujuan akhir nilai atau angka
6
Perilaku dibangun atas kesadaran
Perilaku dibangun oleh faktor dari luar
7
Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.
8
Peserta didik bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
Pendidik penentu jalannya proses pembelajaran
9
Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
10
Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara
Keberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes

2.5  Peran Pendidik dan Peserta Didik dalam CTL

Setiap peserta didik mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki peserta didik tersebut dinamakan sebagai unsur  modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar peserta didik, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap pendidik manakala menggunakan pendekatan CTL :
  1. Peserta didik harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
  2. Setiap peserta didik memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan.
  3. Belajar bagi peserta didik adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui.
  4. Belajar bagi peserta didik adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.


2.6  Asas-Asas CTL

CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.
1.   Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme,pengalaman itu memang berasal dari luar,akan tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu, pengalaman terbentuk oleh dua faktor penting yaitu obyek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subyek untuk menginterpretasikan obyek tersebut.
2.   Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:
a.       Merumuskan masalah.
b.      Mengajukan hipotesis.
c.       Mengumpulkan data.
d.      Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan.
e.       Membuat kesimpulan.
3.   Tanya Jawab
Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Pertanyaan pendidik digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir peserta didik, sedangkan pertanyaan peserta didik merupakan wujud keingintahuan.  
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk :
a.       Menggali informasi dan kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran.
b.      Membangkitkan motvasi peserta didik untuk belajar.
c.       Merangsang keingintahuan peserta didik terhadap sesuatu.  
d.      Memfokuskan peserta didik pada suatu yang diinginkan.
e.       Membimbing peserta didik untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.  
4.    Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
5.   Pemodelan (Modeling)
Yang dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap peserta didik. Misalnya pendidik memberikan contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kalimat asing dan lain sebagainya.
6.      Refleksi (Reflection)
 Yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.
7.      Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.


2.7  Kelemahan dan Kelebihan CTL

Dalam  metode CTL terdapat kelemahan dan kelebihan , yaitu :
1.  Kelebihan CTL (Contextual Teaching and Learning).
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi peserta didik materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori peserta didik, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang peserta didik dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme peserta didik diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
2.  Kelemahan CTL (Contextual Teaching and Learning)
Pendidik lebih intensif dalam membimbing karena dalam metode CTL pendidik tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas pendidik adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi peserta didik. Peserta didik dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan pendidik adalah pembimbing peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide – ide dan mengajak peserta didik agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi – strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya pendidik harus memberikan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap peserta didik agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah diterapkan sebelumnya.
2.8  Langkah- Langkah Pembelajaran CTL
Untuk mencapai tujuan kompetensi, pendidik menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1.      Pendidik menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat  dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari
2.      Pendidik menjelaskan prosedur pembelajaran CTL.
3.      Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik (tiap kelompok diberikan tugas yang sama).
4.      Peserta didik berdiskusi dengan kelompok masing-masing.
5.      Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
6.      Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
7.      Dengan bantuan pendidik, peserta didik menyimpulkan hasil diskusi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
8.      Penilaian.



BAB 3. KESIMPULAN

Metode pembelajaran yang dilakukan di program studi pendidikan sejarah sebaiknya menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan model PASA merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu mahasiswa untuk memahami makna materi ajar dengan menggunakan media gambar yang berkaitan terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga mahasiswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.

CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.

Dalam Contextual teaching and learning (CTL) dengan model PASA diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan mahasiswa dengan harapan mahasiswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu mahasiswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh mahasiswa.

Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.,anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Mahasiswa sebagai pembelajar; tugas dosen mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; mahasiswa bekerja dan belajar secara di panggung dosen mengarahkan dari dekat. Komponen pembelajaran yang efektif meliputi:Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut mahasiswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Ausubel, D. (1963). The Psychology of Meaningful Verbal Learning. New York: Grune & Stratton.

Berns , Robert G. and Patricia M. Erickson oleh. (2001). Contextual teaching and learning: Preparing Students for the New Economy . Dalam Forum Vol. 5, No. 5. (Online).Tersedia: http://www.nccte.com www.nccte.com
Clifford, Matthew& Marica Wilson. (2000). Contextual Teaching,Professional Learning, And Student Experiences:Lessons Learned From Implementation. Dalam Forum Vol. 1, No. 2. (Online). Tersedia: www.cew.wisc.edu/teachnet
Chaedar, A. (2007), Terjemahan Contextual Teaching and Learning (CTL) Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (Elaine B. Johnson). Bandung: Mizan Learning Center (MLC).
Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) –CTL, (2003) . Jakarta: Direktotar Pendidikan Menengah Umum
Djamarah, S. B. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:  PT. Rineka Cipta.
Glynn , Shawn M. and Anna K. Scott. (2003). Implementing Contextual Learning: Case Study of Sarah, a Middle School Science. Dalam Forum Vol. 3, No. 5. (Online).Tersedia:http://open.com/ebook/questioningskillincontextualteachinglearning-.html (March 30)
Hamalik, Umar (2006), Bahan Kajian Inovasi Pendidikan, Bandung, UPI
Hamalik, Umar. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Masnur, Muslich (2009).  KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan KOntekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Muchith, Saekhan. (2008).  Pembelajaran KOntekstual. Semarang: Rasail Media Grup.
Noor, Idris HM. (2001) Inovasi Pendidikan di Indonesia. [Online] Tersedia: (http://www.pdk.go.id/balitbang/Publikasi/Jurnal/No_026/sebuah_tinjauan_teoritis_Idris.htm)  [22 April 2008]
Nurhadi. (2002).  Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas. Dirjen Dikdasmen. Direktorat PLP.
……….., (2004). Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning / CTL ) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM PRESS).
Riyanto, Yatim. (2009).  Paradigma  Baru Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Grup.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media


Sagala. S. (2006) Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta.